Seperti Merawat Gigi, Jangan Menunggu Parah

Dan dari sinilah awalnya aku menjadi wanita pengeluh. Bagaimana tidak, aku baru saja bisa naik motor. Tentu saja setelah dengan susah payah belajar. Maka cukup shock juga ketika tiba-tiba aku harus terjun dihiruk pikuk jalan raya, yang ternyata tidak seperti yang kubayangkan. Menaruh anak di depan, aku merasa lebih nyaman, tapi aku agak kurang bebas saja. Menaruh anak di boncengan belakang., nah ini dia masalahnya, jalanan yang tidak rata membuat kami tergunjang-gunjang, dan aku tidak bisa mengontrol keadaan anakku. Bagaimana kalau dia terlompat dari boncengan? Bagaimana kalau dia jatuh? Naudzubillah…
“aduuh…!aduh…!aduh…!” begitulah, sambil grogi dan terantuk-antuk setiap hari aku selalu berteriak di atas motorku.
Tapi ternyata itu belum seberapa. Ketika musim hujan tiba, aku benar-benar mengalami petualangan yang seru. Jalanan yang dimusim kemarau ‘hanya’ tidak rata dan berlobang kecil, kini lobang-lobang itu bertambah besar, dan penuh genangan air. Bahkan aku tak bisa memperkirakan seberapa kedalamannya.
Apalagi karena aku sedang hamil aku harus benar-benar ekstra hati-hati. Aku mencoba berangkat jam 6 pagi agar jalan belum terlalu ramai dan aku bisa memilih bagian jalan yang (setidaknya) masih lumayan rata. Tapi ternyata sama saja ramenya, dan aku terpaksa melewati bagian jalan yang berlubang dalam. Terntuk-antuk, berguncang-guncang. Tak mungkin aku berjalan pelan, karena motorku pasti macet di tengah lobang yang menganga dan penuh dengan genangan air itu., tak mungkin juga aku berhenti, karena dari belakang kendaraan lain juga terus maju.
Lalu aku berangkat jam 6.30, dan ternyata keadaannya masih sama, sama ramainya, dan sama tetap melawati jalanan yang berlubang. Hingga pada akhirnya. Saat hujan pagi hari dan aku (tentu saja) harus mengatarkan anakku, aku benar-benar mengalami peristiwa yang sangat menakutkan. Sepanjang jalanan yang rusak itu terendam air sangat banyak, lalu lintas ramai, dan aku hampir tidak bisa mengendalikan motorku. Kami –aku dan anakku- terguncang-guncang. Perutku terasa mengganjal dan bergoyang-goyang karena hamil tujuh bulan. Guncangan itu membuat aku harus sekuat tenaga mengendalikan motorku, meski tangan dan kakiku sudah mulai terasa kram.
Aku berhenti setelah mencapai jalan yang rata. Menarik nafas panjang. Dan mengamati lalu lintas di belakang sana yang mengular. Oh Tuhan, bukan hanya aku ternyata yang seperti itu., pagi-pagi begini banyak ibu-ibu yang mengatar anaknya, bahkan ada diantara mereka yang sambil menyetir, membonceng anak dan menggendong anak bayi. Dan sama, kebanyakan mereka juga mengomel-ngomel.
Tuhan, apa tidak ada anggota dewan yang lewat jalan ini? Apa tidak ada aparat desa, atau camat atau anggota dewanlah yang berinisiatif melapor pada pemerintah bahwa jalanan ini sudah sangat parah? apa mereka tidak pernah berpikir bahwa kondisi seperti ini bisa menimbulkan kecelakaan?
Sampai kapan akan seperti ini terus? Dan aku berteriak-teriak sendiri dalam hati. Hingga karena belum puas, aku pun mengeluarkan apa yang kurasakan pada suamiku.
“apa ada yang bisa kita lakukan, mas?” Tanyaku pada suamiku.
‘Melakukan apa?”
“Melakukan apa saja, agar kondisi jalan tidak separah itu. Tiap hari aku memakainya mas, dan rasanya tadi adalah puncaknya. Aku sudah tidak kuat dan…aku benar-benar takut untuk melewatinya lagi saat hujan, dalam kondisi perut besar seperti ini…ngeri.’
Suamiku masih diam.
“Apa tidak mungkin kalau kita beli koral untuk menutup lobang-lobang yang menganga itu? ya untuk sementara, itung-itung sebagai amal jariyah kita. Atau paling tidak dengan begitu ada pemerintah tahulah atau merasa tersindir.”
Tiba-tiba aku punya inisiatif lain, kalau aku akan pergi ke kantor kecamatan dan mengadukan hal ini. Aku khawatir saja, pemerintah tidak segera turun tangan dan jalanan itu semakin parah dan rusaknya semakin melebar dan panjang.
Aku jadi berpikir, merawat jalanan memang harus seperti merawat gigi. Harus rajin,rutin, karena digunakan sehari-hari. Kalau gigi bekerja keras setiap hari, mengunyah apa saja yang dimasukkan manusia kemulut, maka jalan raya juga berkerja keras setiap hari. Menahan beban setiap kendaraan yang lewat., tidak pernah berkurang bahkan bertambah setiap hari. Kapan dia bernafas lega? Mungkin kalau jalan bisa bicara dia sudah menangis meraung-raung, berteriak minta kesempatan untuk istirahat dari tugasnya. Tapi toh, jalan tetap membisu, menerima dengan legowo, apapun keadaannya. Dan mulut-mulut yang lewat di atasnyalah yang mengomel-ngomel.
Aku pernah melihat di televisi jalanan yang berlubang juga sering memakan banyak korban. Banyak yang terjatuh, apalagi saat koondisi jalan sedang ramai dan hujan sedang turun. Ya, itu bisa saja terjadi. Karena pengendara tidak bisa memperkirakan seberapa dalam jalan yang tergenang air pekat itu. Sementara kendaraan dari belakang terus merangsek maju, terjadilah hal yang tidak diinginkan.
Selama ini yang aku lihat dan aku dengar beritanya, pemerintah memperbaiki jalan menjelang musim mudik hari raya Mengerjakan dengan batas-batas waktu tertentu agar segera bisa dilewati, dan tidak tahu bagaimana kualitasnya. Yang penting saat mudik jalan sudah jadi. Padahal kenyataannya saat mudik kondisi jalan masih berantakan, masih bergelombang. Bahkan ada yang perbaikiannya belum selesai dan justru mengganggu kelancaran lalu lintas.
Sebenarnya, kondisi jalan bisa kok tidak sampai separah itu. Asalkan, ya itu tadi, seperti merawat gigi, rutin. Mungkin kalau ada lubang kecil, segera ditambal. Agar tidak membesar. Ada lubang kecil lagi ditambal lagi, agar tidak menjadi dalam. Dengan seperti itu kan, jalan tidak sampai rusak parah. Lagipula dengan cara seperti itu aku yakin bisa lebih menghemat anggaran. Lain lagi kalau sudah parah. Butuh banyak tenaga untuk memperbaikinya. Butuh banyak bahan material. Yang secara otomatis keduanya akan membengkakkan anggaran keuangan, kan? Dan lagi…perbaikan jalan cukup menganggu lalu lintas juga.
sumbangan dari shabrina ws
iya betul sekali, jika terlalu lama menunggu perbaikan maka akan semakin parah uang yang dibelanjakan untuk perbaikan jalan
Heya superb website! Does running a blog such as this require a massive amount
work? I have virtually no knowledge of computer programming however I was
hoping to start my own blog in the near future.
Anyhow, should you have any recommendations or tips for
new blog owners please share. I know this is off subject nevertheless I just wanted to
ask. Cheers!
Also see my web site :: read this book blog
賭神小古課程
賭博網站
賭場黑名單
賭金
豆豆聊天室
財神現金板
財神現金網
財神娛樂
財神娛樂城
Post a Comment